bersimbulkan agama mereka (missionaris). Karena mendirikan rumah sakit, memberikan pelayanan kesehatan, adalah bagian dari tugas gereja dan pemuka-pemuka agama mereka. Sehingga dengan begitu mereka akan leluasa melakukan konseling dengan para pasien  dari berbagai latar belakang agama.

Sebagai mana yang telah banyak diketahui, bahwa orang islam pun banyak yang berobat ke rumah sakit – rumah sakit semacam itu. Bahkan telah banyak diantara kaum muslimin yang menjadikan rumah sakit – rumah sakit Kristen sebagai prioritas rujukan sebelum rumah sakit yang lain. Dengan dalih bahwa pelayanan mereka yang ramah dan memuaskan. Sampai timbul pernyataan, bahwa berada di rumah sakit kristen serasa berada di rumah sendiri. Dari fenomena ini, tentunya telah kita saksikan bahwa banyak di antara saudara seiman kita yang akhirnya murtad, karena kecerobohan mereka dalam memilih rumah sakit. Bahkan  kiyai pun, dengan alasan darurat, telah banyak yang masuk dalam perangkap mereka.  Maaf, biasanya kiyai yang begitu, adalah kyai yang kurang bijak dalam bersikap. Padahal tak kurang di antara mereka yang pulang dari rumah sakit, akhirnya pulang tinggal namanya saja. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raji’un.


Kami yang Dha’if ini, memohon kepada pembaca risalah ini, agar betul-betul memahami apa yang menjadi tujuan kami. Kuatkan keyakinan kita kepada Allah, bahwa segala penyakit yang menimpa kita adalah datangnya dari kita sendiri. Tentunya dengan berbagai sebab yang terkait dengan hidup keseharian kita. Sebagai orang beriman, maka sudah sepatutnya hanya kepadaNya-lah kita memohon kesembuhan. Dan yang terpenting untuk kita lakukan, jika kita sakit, kita harus berusaha mencari penyebabnya dengan menoleh kebelakang. Setelah kita mendapati penyebab sakit dan kita betul-betul yakin bahwa itu adalah penyebabnya, jangan panik, jangan risau, dan jangan langsung memutuskan untuk pergi ke dokter. Tapi, bersegeralah untuk mencari sesuatu yang menjadi lawan dari penyebab sakit itu.

Seperti contohnya sakit perut, yang disebabkan sambal blacan pedas, maka carilah obat lawan pedas yaitu: tangkai tempat keluar cabai, itu tidak pedas. Atau sakit kepala misalnya, dikarenakan kurang tidur, maka obatnya adalah tambah tidur. Karena yang demikian itu merupakan pasangannya. Inilah yang saya maksud di awal tadi, bahwa Allah swt menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, berjodoh-jodohan. Seperti ada lelaki, perempuan pun ada. Ada siang, ada malam. Ada langit, ada bumi. Ada masa lalu, ada masa yang akan datang. Kaya & miskin, tua muda dan seterusnya. Untuk itu, sebenarnya yang menjadi tugas kita, jika terkena penyakit adalah mencarikannya jodoh. Bukankah nabi kita, Rasulullah Muhammad saw telah menyatakan, bahwa “jika obat telah mengenai suatu penyakit maka penyakit tersebut akan sembuh dengan izin Allah”. KAMI MEMA’NAKAN HADITH INI ADALAH: JIKA  PENYAKIT TELAH BERTEMU ZAUJ & ZAUJAHNYA, BEBASLAH ATAS IZIN ALLAH. Artinya bahwa sakit dan obat adalah  jodoh  (pasangan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain).  Dan juga  kita harus yakin,

bahwa Allah tidak menurunkan suatu penyakit, melainkan disertai pasangan (obat)nya. Tapi, pasangan tersebut tidak harus selalu obat-obatan kimia, seperti yang diyakini banyak orang selama ini.

Saudara sekalian yang saya cintai karena Allah , dewasa ini dunia kedokteran barat justru telah kembali kepada pengobatan serba herbal. Itu berarti mereka telah kembali ke pangkal jalan, merujuk ke cara-cara pengobatan yang alami. Kalau begitu kepada kaum muslimin hendaklah merubah falsafat hidup mereka, yaitu “makan untuk hidup” bukan “hidup untuk makan”. Jangan makan sesuatu yang asing buat perut  kita. Seperti makanan siap saji yang serba instan dan tahan lama (dengan bahan pengawet). begitu juga minuman yang berproses di pabrik, seperti minuman kotak, botol, yang bersoda dan lain sebagainya. Tetapi hendaklah kita menjaga diri dengan hanya mengkonsumsi makanan dan minuman yang dibuat oleh orang islam, yang kita ketahui dengan betul kehalalan dan kesuciannya. Itu semua harus kita lakukan, sebagai penjagaan bagi kita agar tidak terkena penyakit yang tidak seharusnya terjadi. Dan jika  penyakit memang telah mengenai kita, hendaklah kita menggunakan kaidah Al-quran.

Seperti firman Allah dalam surat asy-syuaraa’ ayat 69 – 70:

69. Dan bacakanlah kepada mereka riwayat Ibrahim. 70. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?”  71.  Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala- berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”. 72. Berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa) mu sewaktu kamu berdoa   (kepadanya)? 73. atau (dapatkah) mereka memberi manfaat  kepadamu atau memberi mudarat? 74. Mereka menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya Kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”. 75

Ayat tersebut dibaca secara berkesinambungan oleh Rasulullah saw di makkah.  Sehingga suasana ka’bah pada waktu itu dalam keadaan berpenyakit yang sekelilingnya berderet-deret dengan patung penduduk mekah pun mengalami sakit, pada umumnya mereka sakit jiwa, suatu penyakit yang sangat parah dan yang sulit diampuni dosa-dosa mereka yaitu “syirik” bagaimana tidak…   mereka memehat serta membuat patung dan mereka pula yang menyembah patug itu.

Walaupun secara bertahap, pada saat fathul makkah ka’bah terbebas dari patung-patung berikut penduduknya terbebas pula dari penyakit-penyakit.

Mari kita bahas sedikit dialog antara Nabi Ibrahim as dan bapaknya beserta kaumnya. Apa hubungan antara Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw? Beliau Ibrahim as, adalah datuk Rasulullah saw.  Riwayat apa yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad untuk dibacakan kepada kaummnya di kota Mekkah? Dan siapakah yang menyampaikan riwayat itu?

Riwayat tersebut adalah cerita berhala (patung) dan yang menyampaikan cerita tersebut, adalah Allah swt. Apa hubungan Nabi Ibrahim dan Mekkah? Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alahimassalam, adalah pendiri kembali ka’bah yang sebelumnya sudah pernah ada sejak Nabi Adam as. Tentunya beliau berdua melakukan itu, adalah atas perintah Allah swt. dan tidak ada patung pada waktu itu. Semenjak kapan ada patung?

Lantas apa kaitan riwatyat tersebut dengan pembahasan kita dalam risalah ini? Adalah bahwa penyakit dan obat itu adalah dekat. Ini sebagai kaidah (acuan) bahwa “penyakit patung, obatnya adalah cerita patung. Itu  sebagai penyembuh ingatan mereka. Dan itu adalah penyakit mereka yang telah disembuhkan oleh Allah swt melalui Nabi Muhammad saw.

Dari ayat ini, kita dapat melihat kebelakang apa yang dilakukan salaf  kita, yang mana mereka telah mengambil hal tersebut  sebagai ibrah atau tafaul, dengan mengadakan HAUL pada setiap tahunnya ditempat yang bersejarah, sebagai sempena agar selalu memperbaharui atau mengenang sejarah yg baik daripada para pendahulunya. Sesuai dengan sebuah hadith yg berbunyi: “sebutlah kebajikan orang-orang mati (sebelum) kalian”. Itulah mereka para salaf, sehingga mereka mengadakan HAUL setiap tahun. Bahkan Rasulullah ‘alaihiasshalatu wassalam melakukannya setiap hari. Yaitu dengan membaca ayat asysyu’araa’ tersebut kepada kaumnya di Ka’bah al-Mukarramah.

Sebelum ayat ini dan semua ayat lain dalam al-Quran turun, yang pertama kali  turun adalah ayat “Iqra,“ yang artinya adalah “bacalah dengan nama Tuhanmu wahai Muhammad, yang telah menciptakan (makhluq-Nya). Kalau kami coba artikan ayat “Iqra’ tersebut, ialah perintah Allah swt untuk mencari tahu riwayat ciptaan – ciptaan Allah yang telah diciptakan-Nya. Untuk itu, dalam menyikapi segala sesuatu, kita tidak boleh langsung membuat keputusan sebelum terlebih dahulu membaca. Ini yang sering kami sampaikan pada banyak orang, “baca dulu, baru putus. Bukan putus dulu, baru baca…!

Tentunya setelah paham bacaan sebagaimana Nabi Ibrahim as dikala sebelum mengenal Allah swt. Beliau berupaya dengan segala potensi akalnya untuk mencari tahu (membaca) sekitarnya guna mengenal Tuhannya. Ketika  beliau melihat bintang, bulan dan matahari, beliau menganggap  semua  itu  adalah   tuhan.   Tetapi  tatkala  beliau  tahu bahwa semua hilang dan

Leave a Reply

Leave a Comment