tenggelam,  beliau berkata “aku tidak menginginkan (tuhan) yang tenggelam” (tapi aku mau tuhan yang selalu ada). Dalam kebingungan semacam itu, beliau terus melanjutkan pencariannya sembari bergumam: “ya Allah, berilah aku petunjuk, aku tidak mau menjadi seperti kaum yang zhalim itu”

Kewajiban pertama yang harus ditunaikan oleh seorang manusia, adalah agar ia mengetahui Tuhannya dengan keyakinan yang tinggi. Maka, setelah membaca dan menyerap kandungan suatu ilmu, baru setelah itu kita membuat  keputusan. Ada pepatah mengatakan, jangan engkau simpulkan maksud sebuah buku hanya karena melihat covernya. Tapi bacalah isinya, baru kemudian kau buat kesimpulan.


Begitu juga halnya dikala mendapat suatu penyakit, jangan kita terbayang dengan pikatan-pikatan obat dipinggir jalan, apotek, toko obat dan lain sebagainya, yang selalu dipropagandakan oleh orang-orang yang ingin melemahkan keyakinan kita kepada Allah swt. Begitu juga, seyogyanya kita tidak langsung  pergi ke dokter. Anda orang bijak bukan…? Bacalah penyebab penyakit Anda.  Jika sudah ketemu penyebabnya, kemudian carilah lawan dari penyebab tersebut, sebagai jodohnya, dan beristigfarlah yang banyak kepada Allah disertai dengan harapan agar Allah berkenan menyembuhkan penyakit Anda.

Kisah Nabi Ya’kub as, bisa menjadi  ibrah bagi kita semua.  Yaitu ketika beliau terguncang jiwanya tatkala melihat gamis (baju) Yusuf as, anaknya yang berlumuran darah (palsu). Yang sebelumya pergi bersama saudara-saudaranya,  ketika di sore hari, anak-anak Nabi Ya`kub pulang, tapi Yusuf tidak ada bersama mereka. Malah yang didapatinya adalah gamis berlumuran darah. Itulah yang menjadi penyebab awal  butanya mata beliau.

Karena itulah, ketika  Nabi Yusuf as, menginginkan ayahnya bisa kembali melihat, beliau  membaca riwayat itu. Bahwa penyebab awal dari butanya ayahnya adalah karena baju yang berlumur darah. Walau  darah tersebut adalah darah dusta. Karena itulah lalu beliau, Yusuf as mengambil bajunya yang belum dicuci, yang masih bercampur keringatnya dan tentunya masih berbau badannya. Kemudian  setelah itu, beliau menyuruh saudara-saudaranya agar mengusapkan baju tersebut kewajah ayahnya. Maka dengan izin Allah, seketika itu juga penglihatan Nabi Ya’kub pulih kembali (subhanallah). Ini adalah salah satu bukti bahwa penyakit dan obatnya adalah dekat. Jika kita perhatikan perkara tersebut darah dan keringat keduanya adalah ada didalam tubuh kita yang bersifat satu sama lain yang berlainan ARTINYA jika terkeluar dari pori-pori tubuh kita, jika darah adalah sakit, jika peluh orang mati tak berpeluh (sehat) dengan tetap memasrahkan segala sesuatunya kepada Allah, berdoa meminta kepadaNya, niscaya kita tidak akan kesulitan dalam mengobati penyakit kita sendiri.

Pembaca yang budiman, apapun penyakit yang kita alami, untuk menyembuhkannya, memang diperlukan  ketabahan dan kesabaran. Sabar menerima penyakit yang Allah berikan kepada kita, akan menjadi catatan amal tersendiri yang akan kita dapatkan dari Allah ‘azza wajalla. Sebab tidak sedikitpun rasa sakit yang kita alami, melainkan itu akan menjadi kaffarah, sebagai penebus dosa yang kita lakukan. Dan yang sangat penting kita harus menjaga hati agar tidak berprasangka buruk kepada Allah SWT, apa yang menjadi keputusaNya itu yang terbaik bagi kita mohonlah selalu jangan putus asa “Asal dari Allah semua akan kembali kepada Allah. Untuk itu, sudah semestinya kalau kita membiasakan diri ber-istirjaa’ (Innaa lillaahi wa innaa ilahi raaji’un ) dalam hidup keseharian kita. Memasrahkan segala sesuatu hanya kepada Allah Ta’la. Karena memang kita dan semua yang ada pada kita, adalah milik Allah semata, sabelum kita berpulang secara haqiqi, Mari kita menyingkapi masa lalu kita dengan bermuhasabah dengan melihat latar belakang kita baik maupun buruk

Istirjaa’ bukanlah perkataan yang khusus diucapkan ketika ada orang yang meninggal saja. Sebagaimana yang dipahami oleh orang awam selama ini. Tapi, istirjaa’ adalah sebagai media pengingat (dzikir), untuk selalu pasrah dan tawakkal terhadap semua ketentuan Allah. Bukankah ini adalah salah satu pilar dari rukun iman kita? Dalam rukun iman yang ke enam, ditegaskan bahwa orang yang beriman itu harus mempercayai bahwa semua ketentuan (taqdir), baik dan buruk, suka tidak suka, semuanya adalah datang dari Allah swt.

Satu yang pasti, sekarang atau esok, cepat atau lambat, kita tetap akan mati juga. Sebagaimana firman Allah:

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”. (al-A’raf: 34)

Keyakinan berikutnya yang harus kita tanam pada diri kita, bahwa yang menyembuhkan kita bukanlah dokter, tabib, bomoh, orang pinter atau dukun. Tapi, yang menyembukan kita adalah Allah tabaraka wata’ala.


Semua penyakit itu berasal dari dua factor, lahir dan batin.

1.      Penyakit lahir, berasal  dari  kuman dan kotoran yang ada pada diri (badan) dan lingkungan. Obatnya adalah sesuatu yang berlawana