UAN pertama yang di-ikuti SMA Babul Khairat Tahun 2008. Hasilnya lulus semua. Setelah itu berturut-turut, 2009, 2010, selalu saja ada yang tidak lulus. Alhamdulillah, pada UAN 2011 ini, kembali bisa lulus seratus persen. Membayangkan UAN 2011 yang tidak ada UAN ulangan, dan juga tidak ada Ujian Paket C, sehingga siswa yang tidak lulus di UAN, dia harus mengulang kembali di kelas XII. Segenap guru-guru khawatir. Anak-anak tak kalah paniknya. Dalam tataran kepanikan para siswa, tidak ada lain yang bisa mereka lakukan selain menyiapkan diri sebaik mungkin. Belajar nggetu, ikut tryout-tryout, mengerjakan berbagai prediksi soal-soal UAN dan tentunya berdoa.

Tak demikian keadaannya dengan kekhawatiran para guru dan kepala sekolah, mereka melakukan berbgai rapat. Di Diknas, Sub Rayon, dan tentunya juga di sekolah. Dilema, itu adalah keadaan psikis yang dialami para guru yang masih mempunyai idealisme. Tapi, tak semua guru idealis, tak semua guru mengikuti hati nuraninya. Walau banyak diantara mereka yang mengatakan bahwa mengkatrol nilai raport dan UAS adalah tidak sesuai dengan hati nurani, tapi menurut mereka, tidak ada pilihan lain. “Anak-anak harus lulus. Bagaimanapun caranya!” “Kasihan mereka kalau harus mengulang kelas lagi. Orang tua mereka pasti akan kecewa berat.” begitu menurut sebagian mereka. Sehingga untuk mengantisipasi ketidak maksimalan hasil murni UAN, maka perubahan beberapa nilai raport pun dilakukan. Begitu juga ‘pemaksimalan’ nilai UAS.

Tapi, betapa bahagianya para guru ketika hari ini, Senen, 16 Mei 2011, setelah guru yang bertugas di Sub Rayon pulang membawa hasil UAN anak-anak. Kami dapati hasilnya anak-anak lulus semua. Luar biasa. Allahu Akbar! Dari hasil murni UAN saja, anak-anak sudah dinyatakan lulus. Jadi tak perlu terkatrol dengan nilai raport atau pun nilai UAS. Kami simpan baik-baik kabar gembira itu. Walau anak-anak sudah pada tanya, tapi, pengumuman tetap harus sesuai denga waktu yang telah ditentukan.

Tiba waktu pengumuman, kami kumpulkan anak-anak di ruang khusus. Semuanya pada tegang. Menangis. Menanti dengan harap-harap cemas, apakah mereka lulus atau tidak. Prolog disampaikan oleh wali kelas dan kepala sekolah. Anak-anak semakin kencang menangisnya. Sepatah dua patah kata prolog nasehat, pengkondisian emosi agar yang ‘tidak lulus’ jangan larut dalam sedih. Yang lulus pun diharap jangan meluapkan kegembiraan secara berlebihan. Anak-anak pondok, yang harus bersikap sewajarnya saja dalam segala hal dan keadaan. “Khairul umuur, ausathuha = sebaik-baik perkara itu, adalah yang sedang-sedang saja.” begitu kata UstadzahMunfatihah dalam pengantarnya. “Apapun hasil yang kalian capai, itu adalah hasil usaha maksimal kalian” Ustadzah Nur Alatas menambahkan. “Perjuangan kalian belum usai. Lulus atau gagal kalian, setelah ini masih menunggu medan juang yang lebih terjal untuk kalian berlaga di dalamnya. Dunia masih belum kiamat. Matahari masih belum terbit dari arah barat.” Ustadz Abrar menutup prolog.

Tibalah saatnya Bu Putri yang diamanahi untuk membagi amplpp tertutup hasil UAN masing-masing anak, melaksanakan tugasnya. Amplop belum boleh dibuka, sampai semua amplop sampai ke masing-masing anak. “Iftahna al-aan = buka sekarang!” Ustadz Abrar memberi komando. Aplop terbuka. Anak-anak histeris. Menangis berpelukan. Seketika ruangan gaduh. Anak-anak kelas X dan XI ikut gabung merayakan kemenangan kakak kelas mereka.

Leave a Reply

Leave a Comment