Kalau Anda pernah menyaksikan peristiwa sunami di Aceh beberapa waktu lalu. Waktu itu kita melihat orang-orang pada bingung dan dilanda kepanikan. Itu belumlah seberapa, dibandingkan ketakutan, kegelisahan, kebingungan, kecemasan, dan kepanikan yang akan dialami manusia kelak pada hari qiyamat.

Kelak setelah qiyamat terjadi, manusia semua akan dibangkitkan dari kematian. Mereka semua akan dikumpulkan di suatu padang yang lazim disebut Mahsyar. Di tengah terik matahari yang sangat menyengat, tidak ada pohon atau pun gubuk untuk berlindung. Di tempat itulah penderitaan yang tak terperi,akan dialami manusia. Mereka semua dicekam kepanikan luar biasa dahsyat. Mereka menunggu hisab dengan penuh kegundahan luar biasa, apa yang akan ditimpakan Allah kepada mereka. Tapi diantara manusia itu, ada tujuh macam manusia yang akan dilindungi langsung oleh Allah subhanahu wata’ala. Mereka adalah sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini:

Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah kelak pada hari tidak ada naungan lagi kecuali naungan-Nya.
1. Imam / pemimpin yang adil
2. Pemuda yang rajin beridah kepada Tuhannya
3. Orang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid
4. Dua orang yang saling mencintai karena
Allah. Kebersamaan mereka, adalah semata – mata karena Allah. Kalaupun kelak harus berpisah,
perpisahan itu juga hanya karena Allah
5. Laki-laki yang digoda oleh seorang perempuan bangsawan yang cantik, tapi ia menolaknya, dan
mengatakan, sesungguhnya aku takut kepada Allah (untuk memenuhi ajakanmu)
6. Orang yang yang bersedekah, dan dia menyembunyikan sedekahnya. Sampai-sampai tangan kirinya
tidak pernah tahu apa yang disedekahkan tangan kanannya
7. Orang yang yang suka mengingat Allah di tengah kesunyian, kemudian berlinang air matanya.
(Hadis shahih, riwayat Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah)

Yuzhillihum = Allah menaungi mereka. Yang dimaksud naungan disini, adalah naungan yang sebenarnya. Yaitu naungan yang datangnya dari Allah. Yang mana, tujuh golongan yang berbahagia itu, kelak akan Allah perkenankan untuk berlindung di bawah naungan Arsy-Nya. Karena memang pada waktu itu, tidak ada naungan lagi selain naungan Allah s.w.t. Karena mereka berada Arsy Allah, sehingga mereka tidak terkena sengatan panas matahari. Ada juga yang berpendapat, bahwa yang dimaksud naungan disini, adalah kinayah. Yaitu karamah penjagaan (bukan di bawah Arsy) langsung dari Allah untuk mereka bertujuh. Tapi pendapat yang pertamalah yang lebih rajih (benar).

Imam ‘adil: Yang dimaksud imam, adalah pemimpin, raja, presiden, bupati, kepala desa. Atau juga bisa bermaksud hakim dan jaksa (di pengadilan) dan semua orang yang mempunyai wewenang dan mempunyai kekuasaan terhadap orang lain. Sedangkan yang dimaksud adil, adalah yang memimpin, memerintah dan memutuskan perkara di antara orang yang dipimpinnya dengan adil dan bijaksana, tanpa didasari oleh sogokan dan kepentingan apapun selain keadilan itu sendiri.

Mu’allaqun fi al-Masaajid = Yang tertaut (hatinya) dengan masjid. Adalah mereka yang sangat mencintai masjid. Mereka senantiasa shalat berjamaah di dalamnya. Mereka selalu menunggu dari satu shalat ke shalat berikutnya, kemudian mereka menunaikan shalat di awal waktu. Sebagaimana kata Allah swt: Walladzina hum ‘alaa shalaatihim yuhaafizhuun = Dan mereka adalah yang senantiasa menjaga shalatnya.

Tahaabbaa fillah = mereka berdua saling mencintai karena Allah. Mereka saling mencintai betul-betul karena Allah, bukan karena kepentingan lain yang bersifat keduniaan. Dan tahaabbaa aslinya adalah tahaababaa. Dalam bahasa Arab, wazan tafaa’ala untuk menunjukkan suatu perbuatan yang dilakukan bersama-sama (saling). Seperti contoh qaatala, yang berarti berperang atau saling membunuh. Beda dengan qatala, yang berarti membunuh (bukan berperang).

Ijtama’aa ‘alaihi= mereka berdua berkumpul karena-Nya. Adalah dua orang yang berpadu / berkumpul karena Allah. Dan yang dimaksud berpadu disini, adalah keterpaduan cinta diantara mereka. Dan kalau suatu saat nanti mereka harus berpisah, betul-betul perpisahan itu juga karena Allah. Itu adalah gambaran, bahwa rasa cinta diantara mereka (karena Allah) benar-benar telah mengakar. Begitulah karakter orang-orang yang beriman. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: Barang siapa yang mencinta karena Allah dan membenci juga karena-Nya, maka benar-benar dia telah menyempurnakan keimanannya.

Dzatu manshibin= yang mempunyai kedudukan. Adalah perempuan kaya, terpandang, mulia nasabnya dan mempunyai kedudukan di tengah kaumnya. Sebagaimana kata Rasulullah saw: Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena maaliha/hartanya, nasabiha/keturunannya, jamaliha/kecantikannya, dan diiniha/agamanya. Dan hendaklah engkau memiilih karena agamanya, taribat yadaaka. Maksud taribat yadaaka, jika tidak kau lakukan, maka kau akan binasa.

Akhafullah= aku takut kepada Allah. Takut yang dimaksud disini, adalah takut akan siksanya. Dan ini adalah bukti keimanan. Seperti firman-Nya: Wakhaafun in kuntum mu,minin= dan takutlah kalian kepadaku, jika kalian betul-betul beriman.

Syimaaluhu maa tunfiqu yamiinuhu: As-syimaal= kiri dan al-yamin= kanan, adalah dua tangan yang bersebelahan. Dijadikan perumpamaan, untuk menegaskan keikhlasan orang bersedekah yang menjauhkan diri dari riyaa,.Sampai-sampai apa yang diberikan tangan kanannya, seakan tangan kirinya tidak mengetahuinya. Padahal ketika ia bersedekah, ia benar2 dalam keadaan sadar.

Dzakarallaha= mengingat Allah. Yang dimaksud dzikir, adalah menyebut-Nya dengan lisan atau mengingat-Nya di dalam hati. Adalah orang yang mengingat kebesaran dan kekuasaan Allah, kemudian berlinang air matanya, karena rasa takut yang mendalam terhadap Rabbnya. Tapi yang pasti, bahwa yang dimaksud dzikir dalam hadis ini, adalah dzikir dalam hati.

Khaaliyan= dalam kesunyian. Dalam keaadaan sepi, jauh dari penglihatan manusia. Misal dipersetiga malam akhir atau di tempat yang memang terhindar dari pandangan manusia umumnya. Hal itu semata-mata untuk menghindarkan diri dari riyaa, yang memang sangat rawan menyergap perasaan manusia jika ia berada di tengah keramaian.

Fafaadhat ‘ainaahu= maka menangislah ia dengan air mata yang berlinang. Ia menagis bukan hanya bercucuran air mata, tapi air matanya tumpah deras laksana air bah. Hal itu dikarenakan perasaan takut yang sangat akan siksa Tuhannya. Dan tidak akan muncul rasa takut seperti itu, melainkan dalam dada orang yang sangat meyakini kebenaran adanya Allah sebagai Tuhan yang yang akan membalas kebaikan orang beriman dengan kenikmatan syurganya, dan akan membalas kemaksiatan orang fasiq, kafir, murtad dan musyrik dengan siksa neraka-Nya yang sangat pedih. Perhatikan sabda Nabimu: Kilatan api neraka tidak akan pernah menyentuh kedua mata yang senantiasa menangis karena takut kepada Allah. Dan dalam riwayat yang lain: Panas bara neraka tidak akan pernah menyentuh kedua mata yang selalu terjaga dalam perjuangan menegakkan agama Allah.

to be continue, insya,a Allah…

Leave a Reply

Leave a Comment