Mencermati berbagai fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, mungkin membuat sebagian kita tidak mengerti tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi di negri ini. Bagaimana mungkin dalam proses hukum kita, sempat muncul istilah cicak, buaya dan gozila? Itukan istilah rimba?? Memang mau menegakkan hukum, pakai hukum rimba ya Bapak-Bapak??? Dan memang begitulah yang terjadi, akhirnya kasus Bibit – Chadra diselesaikan melalui campur tangan kekuasaan.

Penghentian kasusnya bukan karena polisi dan jaksa mengakui kalau keduanya tidak bersalah. (baca SKPP Bibit – Chandra) Dalam perkembangan politik kita pun semakin kelihatan buram. Tidak jelas lagi, siapa di pihak siapa, dan siapa membela siapa. Rakyat yang katanya mereka bela, (setidaknya perasaan saya) belum merasakan pembelaan yang nyata dari mereka. Orang yang hari ini berteman, esok sudah saling sikut. mereka yang hari ini tampak bermusuhan, esok sudah tampak mesra. Membayar ganti rugi korban lumpur Lapindo, yang jumlahnya tak seberapa, katanya tak punya uang.

Eh giliran menyuntik bank sakit, kepunyaan satu orang, dan nasabahnya pun adalah orang – orang kaya, ternyata ada banyak uang. (baca kasus bank century) Pada waktu minta dipilih, semua tokoh “dekat” dengan rakyat. Giliran sudah terpilih, mereka berubah menjadi orang asing yang tak mengenal rakyat. Satu lagi, sekarang banyak keluar fatwa (pendapat beragama), yang justru kontradiksi dengan landasan hukum asalnya, al-qur,an dan al-hadis. Fatwa syahwat, atau fatwa kepentingan? Pesantren distigma sebagai sarang teroris. Pelawak jadi ustadz, ustadz jadi pelawak. Orang berjenggot, berjilbab rapat dijauhi. Yang berdasi (baca maling kerah putih), yang mengumbar aurat diakrabi.

Wes, wes, pokoke gak mudeng aku, kata seorang teman. Teman saya ini berkata begitu, karena dia masih waras. Tapi kalau dia sadar, bahwa kita sekarang ini berada di di akhir zaman, mungkin dia tak akan sebingung itu. Ini nih coba perhatikan hadis Nabi saw berikut ini:

(sesungguhnya kelak menjelang datangnya kiamat, akan terjadi banyak fitnah seperti pergerakan malam. Orang yang di pagi hari masih beriman, sore hari sudah berubah kafir. Atau di sore hari masih beriman, ketika pagi datang, sudah berubah kafir. Hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Musa al-Asy’ari) Yang dimaksud assaa’ah adalah hari kiamat. Baina yadais saa’ah, menjelang hari kiamat, atau berada dihadapannya. Kiamat disebut assaa’ah, karena ia terjadi di penghujung zaman. Jadi, kiamat itu masih bagian dari masa di dunia. Dan yang pasti, kiamat adalah salah satu rahasia Allah yang sengaja tidak diberitahukan kapan pastinya akan terjadi. (baca catatan saya: Laa ba,sa thahuur insyaa Allah) sebagaimana firman-Nya: Orang-orang bertanya padamu (Muhammad) tentang hari kiamat, katakanlah, bahwa pengetahuan tentangnya, hanya Allah yang tahu. (al-Ahzab: 63) Fitan, adalah bentuk jamak dari fitnah. Yang dimasud fitnah dalam hadis ini, adalah musibah, bencana dan kekacauan yang akan menimpa manusia di akhir zaman. Fitnah ini menimpa diri mereka sendiri, hartanya, anak-anaknya, keluarganya, dan bahkan agamanya. Sebagaimana kata seorang penyair: Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang cerdas – mereka adalah orang yang menjauhi Dunia, karena takut fitnah. Mereka tahu bahwa Dunia ini adalah fitnah – dan mereka tahu, bahwa Dunia ini bukanlah tempat tinggal yang sesungguhnya. Mereka menjadikan Dunia laksana ombak – dan amal shaleh adalah perahu untuk berlayar mengarunginya. Kaqitha’il lail: Qitha’ adalah bentuk jamak dari qith’ah, yang berarti bagian atau penggalan. Diumpamakan fitnah seperti qitha’il lail (bagian-bagian malam), karena fitnah itu terjadinya berturut-turut dan silih berganti. Sebagaimana pergerakan malam, yang semakin beranjak malam menjadi semakin gelap, semakin gelap, hingga akhirnya pekat. Yushbihu wayumsi: (Berpagi hari dan bersore hari. Kata Allah dalam al-Qur’an: (Maha suci Allah di waktu soremu dan di waktu pagimu. Arrum: 117) Juga, sebagaimana kata Rasulullah saw: (Apakah tak seorangpun diantara kalian yang mau seperti Abu Dhamdham? Para Sahabat balik bertanya: siapa Abu Dhamdham itu wahai Rsulullah? Abu Dhamdham adalah orang yang hidup sebelum Kalian. Di waktu pagi dan sore hari, ia selalu berkata: ya Allah, sesungguhnya aku telah memperuntukkan kehormatanku bagi orang yang mencelaku. Aku akan selalu memaklumi dan memaafkannya. Kaafiran: Yang dimaksud kafir disini, adalah orang kafir yang sebelumnya pernah beriman (murtad). Dia bukan hanya berpaling dari keimanannya, tapi ia bahkan berubah menjadi penentang ayat-ayat Allah. Diambil dari kata alkufru, yang berarti aljuhud = pertentangan dan al-ingkar = pengingkaran. Seperti firman Allah: ( Lalu apakah Engkau telah melihat orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, dan dia mengatakan: “pasti aku akan diberi harta dan anak”… Mariyam: 77) Bi’aradhin min ad-Dunya: Yang dimaksud ‘aradh disini, adalah sesuatu yang hina pada permukaan Bumi. Yang demikian itu, sebagai gambaran betapa hina dan tidak berartinya Dunia ini. Dinamakan ‘aradhan (tampilan), karena ia akan hilang, tidak kekal. Wallahu ‘Alam Biar tidak terlalu panjang, bersambung aja ya… 🙂

Leave a Reply

Leave a Comment